RSS

Monday, August 29, 2011

Orang-Orang Yang Mendapat Kebaikan di Sisi Allah

Sahabat Hikmah...
Dalam Al Quran, Allah Subhaanhu wa Ta'alaa berfirman (yang artinya):

"Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah keni`matan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi ma`af. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri." (QS As-Syuura:36-39)

Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan mengenai Abu Bakar radiyallaahu 'anhu. yaitu ketika dia menyedekahkan seluruh harta bendanya yang oleh orang-orang Islam dia dicerca dan oleh orang-orang kafir perbuatannya itu dianggap salah dan keliru. Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa kesenangan hidup manusia baik berupa kekayaan, rezeki dan harta yang bertumpuk, maupun keturunan dan lain-lain adalah kesenangan yang tidak seberapa dan kurang artinya karena bagaimanapun menumpuknya harta, waktu untuk memilikinya terbatas; pada waktunya nanti akan berpisah karena kalau bukan manusia yang meninggalkannya, maka benda-benda itu sendiri yang akan meninggalkan dia, sedangkan pahala dan nikmat yang ada pada sisi Allah jauh lebih baik dibandingkan dengan kesenangan dan kemegahan dunia itu, karena yang ada pada Allah kekal dan abadi, sedangkan kesenangan dunia semuanya fana, akan lenyap.

Ayat diatas juga menegaskan bahwa kesenangan yang kekal dan abadi dan lebih baik di sisi Allah itu hanya diberikan kepada orang-orang yang mempunyai ciri-ciri:
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya;
Orang-orang yang bertawakkal, berserah diri kepada Tuhan yang telah memelihara dan berbuat baik kepada mereka;
Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar, seperti membunuh, berzina dan mencuri, serta menghindarkan hal-hal yang tidak dibenarkan syara', akal sehat, dan akhlak luhur baik berupa ucapan maupun berupa perbuatan;
Orang-orang yang apabila datang amarahnya mereka diam menahan amarahnya, memaafkan hal-hal yang menyebabkan timbulnya amarahnya dan tidak ada dalam hatinya sedikit pun rasa dendam. Di dalam suatu hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah saw tidak pernah membela kepentingan dirinya kecuali apabila sesuatu yang terhormat di sisi Allah diinjak-injak dan dihinakan. Sifat pemaaf adalah sifat yang dekat kepada takwa dan memang diperintahkan Allah, sebagaimana firman Nya: وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى Artinya: "Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa." (Q.S. Al Baqarah: 237) Dan firman Nya: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ Artinya: "Jadilah engkau (seorang) pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (Q.S. Al A'raf: 199) ;
Orang-orang yang menyambut baik panggilan Allah SWT kepada agama Nya, seperti mengesakan Nya, menyucikan Zat Nya dari penyembahan selain Dia;
Orang-orang yang mendirikan shalat fardu pada waktunya dengan sempurna untuk membersihkan hati dari iktikad batil dan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar, baik yang nampak maupun yang tidak nampak;
Orang-orang selalu bermusyawarah untuk menentukan sikap di dalam menghadapi hal-hal yang pelik dan penting. Dalam ayat yang serupa artinya, Allah berfirman: وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ Artinya: "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (Q.S. Ali Imran: 159);
Orang-orang yang menafkahkan rizki yang diberikan Allah kepadanya di jalan Allah, membelanjakannya di jalan yang berguna dan bermanfaat bagi perseorangan, masyarakat nusa dan bangsa. Allah berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu." (Q.S. Al Baqarah: 254) Dan firman Nya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ Artinya: "Hai orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik." (Q.S. Al Baqarah: 267) ;
Dan Orang-orang yang apabila ia diperlakukan dengan zhalim, ia membela diri menangkis serangan yang ditujukan kepadanya. Orang yang suka mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan Islam akan mengetahui bahwa orang Islam itu tidak pernah menyerang lebih dahulu, tetapi mereka itu hanya menangkis serangan yang dilancarkan musuh kepada mereka, dan Allah selalu menolongnya. Dalam ayat lain yang serupa artinya Allah berfirman: ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ Artinya: "Demikianlah dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya." (Q.S. Al Hajj: 60).

Saturday, August 6, 2011

YA, SAYA BANGGA SAYA MUSLIM!!!

Segala syukur dan puji-pujian kepada Allah Tuhan semesta alam. Tuhan yang berhak disembah, dipuji dan dicintai. Kami berlindung kepada Allah daripada segala macam kejahatan dan tipu daya Syaitan. Daripada segala dosa dan noda yang telah kami lakukan.

Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata-mata dan aku bersaksi bahawa Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah. Selawat dan salam ke atas Rasulullah S.A.W. Sesungguhnya barangsiapa yang diberikan oleh Allah petunjuk, maka tiada siapa yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada siapa yang dapat memberikannya petunjuk.

Ya! Saya Bangga Saya Muslim. Frasa ini tampak ringkas namun sangat mendalam maksudnya. Pernahkah terlintas di fikiran anda kata-kata seperti ini? Pernahkah anda menyatakan kepada teman-teman anda dengan ayat sebegitu? Mungkin ada yang pernah, namun kuantitinya mungkin boleh dikira.

Mutakhir ini, umat Islam seakan-akan hilang punca dan arah. Biarpun sejak lahir telah berstatus Islam namun ia tidak lebih sekadar paparan di muka hadapan kad pengenalan sahaja. Begitukah Islam kita?

Saudara Muslimku, bukankah kita patut berbangga dengan status Islam kita? Bukankah nikmat Islam itu adalah nikmat yang besar dan anugerah yang terindah daripada Allah? Tidak pernahkah terlintas di fikiran kita bahawa kita manusia pilihan Allah untuk merasa nikmat Islam itu?

Kita seharusnya bersyukur dan merasa bangga menjadi seorang Muslim. Sebaik sahaja lahir ke dunia, kita telah pun dianugerahkan nikmat Islam. Tidak perlu bersusah payah menunggu taufik dan hidayah Allah sebelum memeluk Islam. Adakah kita lupa semua itu?

Cuba kita fikirkan sejenak bersama, bagaimanakah perihal mereka yang dilahirkan dalam keluarga yang bukan Islam seperti kita? Mereka tidak mengenal Islam sejak kecil seperti kita. Tiada buku agama, tiada siaran ceramah, tiada gambar-gambar atau kisah sirah di hati mereka. Bukankah itu menyukarkan mereka untuk mendapat nikmat Islam?

Tidak seperti kita, mereka perlu berjuang untuk meraih taufik dan hidayah daripada Allah. Namun, sedarkah kita akan suatu hakikat yang nyata? Bilamana mereka yang bukan beragama Islam menerima taufik dan hidayah yang benar daripada Allah, kadangkala keislaman mereka jauh lebih baik daripada kita yang berbelas malah berpuluh tahun berstatus Islam.

Ini bertepatan dengan firman Allah S.W.T bermaksud:

Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang rugi. (al-A'raaf:178)

Mungkin pernah terlintas di hati kita persoalan seperti "kenapa perlu bersusah-payah mencari hidayah jika hidayah diberikan oleh Allah?" Sebenarnya, kita sendiri perlu berjuang dan berusaha mendapatkannya. Hidayah itu boleh datang dalam pelbagai cara. Mungkin dengan menghadiri kuliah agama atau majlis ilmu, mungkin ketika mendengar nasihat teman yang baik atau mungkin juga sejurus selepas anda membaca artikel ini. Hanya Allah yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu di langit dan di bumi.

Perumpamaan hidayah atau petunjuk ini pernah digambarkan oleh Imam as-Sya'rawi bahawa hidayah itu adalah seperti diri kita yang sedang bertanyakan alamat rumah seseorang. Kemudian kita mencari orang untuk bertanya alamat itu kepadanya. Lalu, kita terus mengikut petunjuk itu hingga sampai kepada alamat rumah tersebut.

Bukankah sebentar tadi kita telah berusaha mencari orang untuk bertanyakan alamat? Begitulah halnya dengan hidayah. Perlu berusaha mencarinya sebelum ia datang dan memandu hidup kita kearah yang diredhai-Nya.

Saudaraku sekalian, sebagai seorang Muslim, sewajarnya kita berbangga dengan nikmat ini. Tidak seharusnya kita merasa rendah diri dengan keislaman kita. Kembalilah dan masukklah ke dalam Islam seluruhnya. Sudah semestinya kita bukan Islam pada nama sahaja bukan? Berusaha dan berdoalah agar sentiasa dalam taufik dan hidayah Allah.

Katakanlah pada diri kita: Ya! Saya Bangga Saya Muslim.

10 SEBAB MENGAPA ISLAM MENGHARAMKAN ROKOK

Assalamualaikum w.b.t/لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُl

‎10 Sebab Mengapa Islam Mengharamkan Rokok..



Rokok menjejaskan akal (mental)

Rokok membahayakan kesihatan fizikal

Rokok membahayakan keselamatan diri dan orang lain

Rokok membahayakan keturunan

Perokok mengganggu orang lain

Rokok menimbulkan akhlak buruk

Rokok mensia-siakan waktu hidup

Rokok bercanggah dengan maruah Islam

Rokok membazirkan harta (wang)

Rokok mengandungi dadah (nikotin dan arak)

~~ MENCEGAH LERBIH BAIK DARIPADA MERAWAT ~~

* SAYANGI DIRI & ORANG YANG MENYAYANGI DIRI-MU *

~~ CEGAH SEBELUM PARAH ~~

SUJUD TANPA KAKI MENYENTUH LANTAI (CARA SUJUD)

Sabda Nabi s.a.w.; “Aku diperintahkan supaya sujud di atas tujuh tulang (yakni tujuh anggota) iaitu; dahi –baginda menunjukkan dengan tangannya ke atas hidungnya-, dua tangan, dua lutut dan jari-jari dari dua kaki…” (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas r.a.). Berdasarkan hadis ini, anggota sujud hendaklah merangkumi;

1. Dahi dan hidung

2. Dua tangan

3. Dua lutut

4. Dua kaki



Ketika sujud, wajib ke semua tujuh anggota di atas diletakkan di atas lantai. Bagi dahi, memadai meletakkan sebahagian dahi sahaja di atas lantai. Bagi tangan yang dikira ialah tapak tangan dan bagi kaki pula ialah perut-perut anak jari kaki. Memadai dengan meletakkan sebahagian sahaja dari perut-perut anak jari kaki itu. Jika seseorang itu sujud di atas belakang tangan atau belakang anak-anak jari kakinya, tidak sah sujudnya.



Anggota-anggota sujud selain dahi telah sepakat para ulamak menyatakan tidak wajib didedahkan. Yang dituntut hanyalah meletakkannya di atas tanah/lantai. Oleh itu, harus seseorang menunaikan solat dengan memakai sarung tangan atau stokin. Adapun dahi, maka ia terdapat khilaf di kalangan ulamak;



Pertama; pandangan ulamak-ulamak mazhab Syafi’ie; dahi wajib didedahkan dan mengenai secara lansung tempat sujud (tanpa ada penghadang). Tidak sah sujud jika semua bahagian dahi berlapik sehingga tidak ada sedikitpun darinya yang terdedah dan mengenai tempat sujud secara langsung. Termasuk tidak sah ialah lapik dari pakaian yang dipakai ketika solat. Oleh demikian, tidak harus seseorang sujud di atas kain serban yang dipakainya atau di atas lengan bajunya atau di atas kain telekungnya atau benda-benda lain di badannya yang mengikuti pergerakan badannya.



Kedua; pandangan jumhur ulamak (termasuk Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad); dahi sama seperti anggota-anggota sujud yang lain iaitu tidak wajib didedahkan. Yang dituntut hanyalah meletakkannya di atas tempat sujud. Oleh itu, bagi jumhur ulamak, tidak menjadi kesalahan jika seseorang itu sujud di atas kain serbannya atau kain telekungnya. Mereka berdalilkan hadis dari Anas bin Malik r.a. yang menceritakan; “Kami mengerjakan solat bersama Rasulullah s.a.w. ketika panas yang bersangatan. Apabila sesiapa dari kami tidak dapat meletakkan dahinya di atas tanah kerana panas, ia bentangkan pakaiannya dan sujud di atasnya”. (Riwayat Imam Muslim).

(Dalail al-Ahkam, 1/ 298-299).

Friday, August 5, 2011

TIDAK SALAH BERGAYA, ASALKAN KEHORMATAN TERJAGA

Saat memakai kasut untuk bermain futsal di gelanggang, mata tertancap pada seorang teman. Melihat dia menanggalkan seluar panjangnya, lancar mulut menegur "kenapa kau tak pakai aje seluar panjang tu?"

"Tak biasalah pakai seluar panjang main bola, alergik," jawabnya sambil tertawa. Lihatlah, begitu mudah kita beralasan untuk meremehkan hukum Tuhan. Sama ada faham atau tidak, yang pasti kita tahu itu bukannya undang-undang ciptaan manusia yang banyak cacat cela.

Apabila memperkatakan tentang aurat tidak perlu rasanya memanjangkan bicara tentang erti dan makna bahasanya. Setiap insan yang bergelar Muslim pastinya akan mengerti bila dibahaskan perihal aurat.

Tanyalah pada anak kecil dalam lingkungan 9-10 tahun, mereka pasti mampu menjawab orang lelaki auratnya antara pusat hingga lutut. Manakala yang perempuan wajib tutup seluruh tubuhnya kecuali tangan dan muka.

Dalam firman Allah S.W.T: Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur). [al-A'raf:26]

Perintah Allah jelas, pakaian diciptakan sebagai pelindung keaiban fizikal manusia. Namun, realitinya berbeza, ramai dalam kalangan kita hari ini hanya menutup aurat apabila mengerjakan solat. Sedangkan tika bertebaran di muka bumi, tanpa segan silu mempamerkan aurat masing-masing.

Andaian kita

Kata orang, zaman ini zaman teknologi. Bukan zaman berbungkus-bungkus lagi. Hari ini semuanya berfesyen, dedah sana, dedah sini. Orang yang tunduk pandangan, berjalan sopan akan ketinggalan. Islam dipandang tidak up to date dengan zaman. Ada pula menyangka, aurat itu cukup dengan bertudung kepala. Baju ketat, lengan terdedah tidak mengapa. Disebabkan itu, etika berpakaian korporat lebih banyak yang bertutup tapi terbuka. Syarikat-syarikat pula menetapkan kod pemakaian yang menggiurkan kerana jika ikut syariat katanya susah hendak bekerja. Tidak sesuai.

Sejauh Mana Usaha Kita Melindungi Aurat?

Apabila berbicara tentang aurat, selalunya kita memfokuskannya kepada kaum wanita. Adakah mereka sahaja yang wajib menjaga dan menutup aurat? Bagaimana pula dengan kaum lelaki? Sebenarnya, dalam hal-hal berkaitan aurat, kedua-duanya tidak terkecuali daripada kewajipan menjaga dan menutup aurat. Bagaimanapun, kaum wanita sering dipandang berat akan hal ini kerana pada wanita ada tarikan sehingga ia boleh menimbulkan fitnah.

Walaupun isu aurat sering dibahaskan dan menjadi topik perbualan dalam kehidupan seharian, namun ia dipandang sepi oleh umat Islam sendiri.

Jika cetek ilmu sekalipun, tidakkah mereka memerhatikan mengapa ada Muslim dan Muslimah yang begitu menjaga dari aspek pemakaian mereka tanpa mendedahkan aurat dan mengapa pula kita dengan ringkasnya memakai kemeja-T tanpa lengan bagi wanita, berseluar pendek dan tidak mengenakan tudung?

Walaupun ramai yang sudah tahu tentang hukum larangan membuka aurat akan tetapi mungkin ada yang terkeliru dan salah faham akan konsep menutup aurat dalam Islam atau pun sengaja buat-buat tidak faham (membuka aurat dengan sengaja). Masing-masing mempunyai hak sendiri dalam menentukan cara hidup, namun itulah silapnya.

Solat Dengan Pakaian Harian

Menurut Pensyarah Bahasa Arab di Pusat Bahasa, Universiti Islam Antarabangsa Malaysia , Dr. Marsufah Jalil, aurat adalah sesuatu yang mengaibkan. Sekiranya kita membuka aurat tersebut, maka ia akan menyebabkan keaiban dalam masyarakat. Dalam Islam, aurat mempunyai had-hadnya iaitu aurat wanita sesama wanita Muslim, aurat wanita Muslim dengan wanita non-Muslim dan aurat wanita dengan lelaki mahram dan bukan mahram.

"Sesetengah wanita beranggapan menutup aurat itu cukup sekadar memakai tudung serta memakai pakaian yang menutup tubuh sahaja. Sedangkan ia masih tidak memenuhi ciri-ciri yang digariskan dalam Islam iaitu memakai pakaian yang ketat, jarang dan menampakkan bentuk tubuh badan."

Cara Meleraikan Nafsu

Daripada Jabir Bin Abdullah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W melihat seorang wanita, lalu baginda mendatangi Zainab, isteri baginda yang sedang menyamak kulit miliknya. Kemudian Rasulullah S.A.W memenuhi keinginan baginda. Setelah itu, baginda keluar kepada para sahabat, lalu kemudian baginda bersabda: "Sesungguhnya wanita itu bila dilihat daripada depan dan belakang tampak memikat kerana ada pengaruh syaitan. Apabila seseorang itu melihat lalu terpikat, maka segeralah pulang untuk menyetubuhi isterinya, kerana itu dapat meleraikan nafsunya." - Hadis riwayat Muslim (no: 1403)

Hadis ini mengisahkan kisah Rasulullah S.A.W dimana pada suatu ketika baginda terlihat seorang wanita daripada jarak jauh dan kemudian dirinya khuatir (Padahal baginda ma'sum) terjerumus kepada sesuatu. Baginda sangat kagum melihat wanita tersebut, dan baginda juga berasa sesuatu yang berbentuk perasaan suka. Baginda kemudiannya pulang kerumah dan bertemu isteri baginda Zainab , dan ketika itu isteri baginda sedang menyamak kulit. Namun, Rasulullah S.A.W tidak bergegas meleraikan nafsunya akan tetapi beliau menunggu sehingga si isteri selesai daripada pekerjaannya. Setelah selesai barulah kedua-duanya memenuhi hajat masing-masing .

Setelah itu baginda keluar menemui para sahabatnya dan bersabda seperti yang diatas yakni baginda berusaha untuk menolak dan mencegah munculnya godaan syaitan yang ditujukan padanya.

Hal ini samalah seperti nikah. Mengapa disyariatkan untuk bernikah? Nikah disyariatkan kerana ia merupakan sesuatu yang wajib bagi orang yang memerlukannya, kerana khuatir mereka terjerumus ke lembah zina.

Rasulullah S.A.W tidak melihat wanita tersebut dengan sengaja dan perasaan suka tersebut hanya terlintas secara tidak sengaja.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan kaum lelaki dan wanita untuk menundukkan pandangan serta menjaga kemuliaan diri.

Firman Allah: "Katakanlah kepada lelaki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memlihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan"

"Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka perlihatkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain tudung ke dadanya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka atau putera-putera suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau putera-putera saudara mereka , atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam..." -An-Nur

Sesungguhnya syaitan mendatangi kaum lelaki darpada depan dan juga belakang. Jikalau daripada depan syaitan memperdayakan lelaki pada wajah dan payudara kaum wanita manakala daripada belakang syaitan memperdayakan kaum lelaki pada pinggul dan kemaluannya.

Syaitan mempunyai pelbagai taktik kotor untuk memperdayakan manusia. Oleh sebab itu kita harus berusaha melawan godaan syaitan yang sebenarnya akan membawa kepada kehancuran buat kita. Wallahualam.